Raja Bagindo Ali (ejaan Filipina: Rajah Baguinda Ali) datang ke Sulu pada tahun 1390. Kedatangannya melanjutkan dakwah Islam yang telah dirintis oleh seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-Makhdum. Selain ke Sulu, Raja Bagindo juga mengembara ke Brunei, Serawak, dan Sabah. Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu.
Sekitar tahun 1450, seorang Arab dari Johor yaitu Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, Paramisuli adalah putri dari Raja Bagindo. Setelah Raja Bagindo meninggal, Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr melanjutkan pengislaman di wilayah ini. Pada tahun 1457, menantunya itu memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr". Gelar "Paduka" adalah gelar setempat yang berarti tuan sedangkan "Mahasari" bermaksud Yang Dipertuan.
Penduduk asli Pulau Sulu adalah Suku Bajau, Banguingui, dan Suluk (Tausug), yang bahasa daerahnya campuran Bahasa Melayu dan Tagalog. Namun, komunitas yang paling banyak bermukim di pulau tersebut adalah bangsa Moro, yakni komunitas muslim dari selatan Filipina.
Hingga kini, makam Raja Bagindo masih bisa ditemukan di Sulu dan terawat dengan baik. Walaupun tidak semua orang Sulu adalah keturunan orang Minang dan Arab tapi makanan khas di daerah kepulauan itupun hampir mirip dengan makanan Minang dan Arab seperti rendang, sate dan kari.
- https://alchetron.com/Islam-in-the-Philippines
- https://www.batamnews.co.id/berita-12829--kivlan-zen-dan-nenek-moyang-orang-sulu-yang-berasal-dari-minangkabau.html
- Foto: Tulay Mosque (Masjid Tulay), masjid di Kota Jolo, Provinsi Sulu: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tulay_Mosque.jpg