Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tanggal 20 Maret 1921 dan meninggal pada tanggal 2 Januari 1971. Ayahnya adalah Datuk Tumenggung Ismail, guru Sekolah Kedokteran di Padang, dan ibunya, Siti Fatimah . Ia mempunyai seorang kakak yang juga terjun ke dunia sastra, yakni Dr. Abu Hanifah yang menggunakan nama pena, El Hakim.
Perjalanan pendidikannya cukup mulus. Mula-mula ia bersekolah di HIS (sekolah dasar) di Batusangkar, lalu melanjutkan ke MULO (SMP) di Simpang Haru, Padang, dan kemudian ke AMS (SMA) di Yogyakarta. Setamat dari AMS, ia melanjutkan lagi pendidikannya ke University of California di Los Angeles, Amerika Serikat.
Usmar Ismail mendirikan Perfini (Pusat Film Nasional Indonesia) dan pada 30 Maret 1950 memulai shooting pertama filmnya, “Darah dan Doa” di Purwakarta. Tanggal 30 Maret kemudian ditetapkan sebagai “Hari Film Nasional”. Selama hidupnya, antara tahun 1950-1970, Usmar Ismail membuat 33 film layar lebar: drama (13 film), komedi atau satire (9 film), aksi (7 film), musical/entertainment (4).
Film pertama yang diproduksi di Indonesia memang bukan karya Sang Bapak Perfilman Nasional ini. Seperti yang diketahui dalam sejarah perfilman nasional, “Loetoeng Kasaroeng” produksi Java Film Company yang digarap “orang-orang Belanda”.
Namun tak hanya berkarya dalam dunia sastra, Usmar Ismail juga pernah menempuh karir militer dan jurnalistik. Ia pernah menjalani dinas sebagai tentara hingga berpangkat Mayor, menjadi wartawan politik untuk Kantor Berita Antara Jakarta, serta mendirikan beberapa surat kabar. Dalam menjalani karirnya sebagai wartawan politik, ia dipenjarakan oleh Belanda selama setahun atas tuduhan melakukan subversi. Setelah bebas dari penjara, barulah ia menaruh minat penuh terhadap dunia perfilman dan memutuskan untuk terjun ke dalamnya.
Film-film yang pernah disutradarai oleh Usmar Ismail, antara lain, “Darah dan Doa” (1950), “Enam jam di Yogya” (1951), “Dosa Tak Berampun” (1951), “Krisis” (1953), “Kafedo” (1953) “Lewat Jam malam” (1954), “Tiga Dara” (1955), dan “Pejuang” (1960). Untuk mengenang jasanya, diabdikanlah namanya di sebuah gedung perfilman, yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail yang terletak di daerah Kuningan, Jakarta.
Sumber:
- http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/usmar-ismail
- https://historia.id/kultur/articles/kisah-tragis-akhir-hidup-bapak-film-nasional-DAlZw
- https://studioantelope.com/mengenal-usmar-ismail-bapak-perfilman-indonesia-dan-karyanya/