Sabtu, 12 November 2022

TUGU GUGUAK MALINTANG

Tugu ini pernah berdiri di Guguak Malintang, Padang Panjang.
Peristiwa: Di penghujung Februari 1841 para pejuang masyarakat Minangkabau menyerang tangsi Belanda di Guguak Malintang, Batipuah, menewaskan antara lain 3 tentara Belanda bernama J.C. Schelling, F. Marien, dan Sosemito. Pemerintah Hindia-Belanda mendirikan tugu ini untuk mengenang mereka. Tugu ini didirikan tahun 1920. Bagaimana kondisi tugu ini sekarang? Sama seperti monumen kolonial lainnya. Hilang ditelan zaman karena tugu tersebut dianggap hanya untuk kepentingan penjajah pada masa itu.



 

Sumber: http://indonesia-zaman-doeloe.blogspot.com/2020/08/monumen-batipuh-di-guguk-malintang-di.html



Sabtu, 05 November 2022

MR. ASSAAT PRESIDEN RI KETIGA YANG TERLUPAKAN

 Mr. Assaat lahir di Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat tanggal 18 September 1904 - meninggal di Jakarta tanggal 16 Juni 1976. Assaat lahir pernah belajar di Perguruan Adabiah dan MULO Padang, STOVIA Jakarta, dan melanjutkan studinya Rechtshoogeschool te Batavia. Setelah menamatkan itu, dia bertolak ke Belanda dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Mr). Berkat kepiawaiannya, dia berhasil mendapatkan jabatan-jabatan penting pada era menuju Indonesia Merdeka.
Assaat ikut serta dalam Jong Sumatranen Bond, organisasi pemuda bagian pergerakan nasional. Ikut serta pula dia dalam kepanitiaan Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta. Pada 22 Desember 1948, Assaat, Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, Haji Agus Salim, Mr. Gafar Pringgodigdo, dan Komodor Suryadi Suryadarma sebagai tawanan militer Belanda dibawa keluar ibukota yang telah diduduki.
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949 memiliki peran yang begitu penting bagi Indonesia. Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah suatu negara federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Ketika Republik Indonesia Serikat (RIS) berdiri pada 27 Desember 1949 di bawah kepemimpinan Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri, status Republik Indonesia yang diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 tidaklah berakhir karenanya. Republik Indonesia hasil proklamasi itu tetap bernama Republik Indonesia dengan status baru sebagai negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Setelah RIS terbentuk, Republik Indonesia dipimpin oleh Mr. Assaat sebagai presidennya. Republik Indonesia Serikat baru berakhir setelah ke-16 negara bagian bersepakat untuk melebur diri kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 15 Agustus 1950. Artinya, sejak 27 Desember 1949 sampai dengan 15 Agustus 1950, Presiden Republik Indonesia yang tetap berkedudukan di Yogyakarta adalah Mr. Assaat, bukan Soekarno.
Sebelum ibukota RI kembali lagi ke Jakarta, demi mengenang Yogyakarta sebagai kota perjuangan, Assaat memprakarsai pembangunan Masjid Syuhada. Selama menjadi acting Presiden, Assaat adalah penandatangan statuta pendirian Universitas Gadjah Mada (UGM).



 

 

 

 

 

 

 

Sumber:
- https://tirto.id/mr-assaat-presiden-yang-tak-dihitung-oleh-negara-cLQy
- https://kumparan.com/potongan-nostalgia/presiden-indonesia-yang-terlupakan-1484575056663
- https://nasional.kompas.com/read/2018/12/27/17385191/27-desember-1949-saat-assaat-dilantik-menjadi-presiden-ri?
- http://news.detik.com/berita/d-657203/jadikan-sjafruddin-dan-mr-assaat-sebagai-mantan-presiden

Selasa, 25 Oktober 2022

SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA PRESIDEN RI KEDUA YANG TERLUPAKAN

 Syafruddin Prawiranegara dilahirkan di Serang, Banten, tanggal 28 Februari 1911. Ayahnya adalah orang Banten yang berprofesi sebagai jaksa. Ibunya berdarah Minangkabau, bahkan masih memiliki garis keturunan Raja Pagaruyung yaitu Sutan Alam Intan yang dibuang Belanda ke Banten karena terlibat Perang Paderi. Syafruddin Prawiranegara meninggal tanggal 15 Februari 1989.
Syafruddin Prawiranegara menempuh pendidikan ELS (Europeesche Lagere School) setara Sekolah Dasar (SD) tahun 1925, MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) setara sekolah menengah pertama (SMP) di Madiun tahun 1928 dan AMS (Algemeene Middelbare School) setara sekolah menengah atas (SMA) di Bandung tahun 1931. Pendidikan tingginya diambilnya di Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta (sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia) pada tahun 1939, dan berhasil meraih gelar Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Magister Hukum).
Sejarah mencatat, Syafruddin Prawiranegara memimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk di Sumatera Barat (Jaman itu masih bernama Sumatera Tengah) pada 22 Desember 1948. PDRI muncul sebagai pembuktian bahwa negara Indonesia masih tegak berdiri. Saat itu, pemerintahan RI yang berpusat di Yogyakarta tidak berfungsi karena para pemimpinnya, termasuk Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta serta beberapa menteri dan pejabat tinggi lainnya, ditawan kemudian diasingkan ke luar Jawa oleh Belanda.
Syafruddin Prawiranegara adalah orang kepercayaan Soekarno-Hatta, karena pernah memegang beberapa jabatan penting, seperti Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Menteri Kemakmuran, Wakil Perdana Menteri.
Karena Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta serta beberapa menteri dan pejabat tinggi lainnya, ditawan kemudian diasingkan ke luar Jawa oleh Belanda maka Syafruddin Prawiranegara diberi mandat oleh Soekarno-Hatta untuk membentuk PDRI di Sumatera Tengah pada 22 Desember 1948.
Syafruddin Prawiranegara bersama para tokoh lainnya, menjalankan PDRI selama 207 hari, demi mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia. Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda, dan akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta. Pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Serah terima pengembalian mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada tanggal 14 Juli 1949 di Jakarta.
Setelah bertahun-tahun berkarir di dunia politik, Syafruddin Prawiranegara akhirnya memilih menjadi pendakwah sebagai kesibukan masa tuanya.
Sumber:
- https://tirto.id/sejarah-15-februari-1989-presiden-syafruddin-prawiranegara-wafat-dg6D
- https://daerah.sindonews.com/berita/914946/29/syafruddin-prawiranegara-presiden-207-hari-yang-terlupakan
- https://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/02/27/166399-siapa-sih-syafruddin-prawiranegara-sosok-presiden-ri-kedua


 

Senin, 24 Oktober 2022

ASAL-USUL NAMA MINANGKABAU TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN ADU KERBAU

Asal-usul nama “Minangkabau” tidak ada hubungannya dengan adu kerbau antara Kerajaan Pagaruyung dan Majapahit. Istilah “Minangkabau” sudah ada JAUH SEBELUM BERDIRINYA Kerajaan Pagaruyung dan Majapahit. Cara penulisan yang benar adalah: “Minangkabau” dan “tidak dipisah” menjadi Minang Kabau (ini cara penulisan yang salah) karena nama Minangkabau tidak ada hubungannya dengan adu kerbau. Cerita adu kerbau ini ada dalam Tambo tapi “TIDAK ADA” hubungannya dengan "asal-usul nama Minangkabau" dan "makna gonjong Rumah Gadang”.
Untuk lebih lanjut lihat di:
- https://www.harianhaluan.com/mobile/detailberita/65799/sultan-pagaruyung-cerita-adu-kerbau-adalah-bohong-dan-perlu-diluruskan/1
- https://youtu.be/NC6PZrDNYzk


 

Sabtu, 13 Agustus 2022

RAJA BAGINDO, SEORANG ULAMA MINANGKABAU YANG MENDIRIKAN CIKAL-BAKAL KESULTANAN SULU DI FILIPINA SELATAN PADA AKHIR ABAD KE-14.

 Raja Bagindo Ali (ejaan Filipina: Rajah Baguinda Ali) datang ke Sulu pada tahun 1390. Kedatangannya melanjutkan dakwah Islam yang telah dirintis oleh seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-Makhdum. Selain ke Sulu, Raja Bagindo juga mengembara ke Brunei, Serawak, dan Sabah. Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu.
Sekitar tahun 1450, seorang Arab dari Johor yaitu Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, Paramisuli adalah putri dari Raja Bagindo. Setelah Raja Bagindo meninggal, Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr melanjutkan pengislaman di wilayah ini. Pada tahun 1457, menantunya itu memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr". Gelar "Paduka" adalah gelar setempat yang berarti tuan sedangkan "Mahasari" bermaksud Yang Dipertuan.
Penduduk asli Pulau Sulu adalah Suku Bajau, Banguingui, dan Suluk (Tausug), yang bahasa daerahnya campuran Bahasa Melayu dan Tagalog. Namun, komunitas yang paling banyak bermukim di pulau tersebut adalah bangsa Moro, yakni komunitas muslim dari selatan Filipina.
Hingga kini, makam Raja Bagindo masih bisa ditemukan di Sulu dan terawat dengan baik. Walaupun tidak semua orang Sulu adalah keturunan orang Minang dan Arab tapi makanan khas di daerah kepulauan itupun hampir mirip dengan makanan Minang dan Arab seperti rendang, sate dan kari.


Sumber:
- https://alchetron.com/Islam-in-the-Philippines
- https://www.batamnews.co.id/berita-12829--kivlan-zen-dan-nenek-moyang-orang-sulu-yang-berasal-dari-minangkabau.html
- Foto: Tulay Mosque (Masjid Tulay), masjid di Kota Jolo, Provinsi Sulu: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tulay_Mosque.jpg

Rabu, 10 Agustus 2022

USMAR ISMAIL; BAPAK FILM INDONESIA DAN PELOPOR DRAMA MODERN DI INDONESIA

 Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tanggal 20 Maret 1921 dan meninggal pada tanggal 2 Januari 1971. Ayahnya adalah Datuk Tumenggung Ismail, guru Sekolah Kedokteran di Padang, dan ibunya, Siti Fatimah . Ia mempunyai seorang kakak yang juga terjun ke dunia sastra, yakni Dr. Abu Hanifah yang menggunakan nama pena, El Hakim.
Perjalanan pendidikannya cukup mulus. Mula-mula ia bersekolah di HIS (sekolah dasar) di Batusangkar, lalu melanjutkan ke MULO (SMP) di Simpang Haru, Padang, dan kemudian ke AMS (SMA) di Yogyakarta. Setamat dari AMS, ia melanjutkan lagi pendidikannya ke University of California di Los Angeles, Amerika Serikat.
Usmar Ismail mendirikan Perfini (Pusat Film Nasional Indonesia) dan pada 30 Maret 1950 memulai shooting pertama filmnya, “Darah dan Doa” di Purwakarta. Tanggal 30 Maret kemudian ditetapkan sebagai “Hari Film Nasional”. Selama hidupnya, antara tahun 1950-1970, Usmar Ismail membuat 33 film layar lebar: drama (13 film), komedi atau satire (9 film), aksi (7 film), musical/entertainment (4).
Film pertama yang diproduksi di Indonesia memang bukan karya Sang Bapak Perfilman Nasional ini. Seperti yang diketahui dalam sejarah perfilman nasional, “Loetoeng Kasaroeng” produksi Java Film Company yang digarap “orang-orang Belanda”.
Namun tak hanya berkarya dalam dunia sastra, Usmar Ismail juga pernah menempuh karir militer dan jurnalistik. Ia pernah menjalani dinas sebagai tentara hingga berpangkat Mayor, menjadi wartawan politik untuk Kantor Berita Antara Jakarta, serta mendirikan beberapa surat kabar. Dalam menjalani karirnya sebagai wartawan politik, ia dipenjarakan oleh Belanda selama setahun atas tuduhan melakukan subversi. Setelah bebas dari penjara, barulah ia menaruh minat penuh terhadap dunia perfilman dan memutuskan untuk terjun ke dalamnya.
Film-film yang pernah disutradarai oleh Usmar Ismail, antara lain, “Darah dan Doa” (1950), “Enam jam di Yogya” (1951), “Dosa Tak Berampun” (1951), “Krisis” (1953), “Kafedo” (1953) “Lewat Jam malam” (1954), “Tiga Dara” (1955), dan “Pejuang” (1960). Untuk mengenang jasanya, diabdikanlah namanya di sebuah gedung perfilman,  yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail yang terletak di daerah Kuningan, Jakarta.

Sumber:
- http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/usmar-ismail
- https://historia.id/kultur/articles/kisah-tragis-akhir-hidup-bapak-film-nasional-DAlZw
- https://studioantelope.com/mengenal-usmar-ismail-bapak-perfilman-indonesia-dan-karyanya/

Jumat, 05 Agustus 2022

MOHAMMAD KOSIM AMAK SYAHBANDAR, SANG PENDEKAR YANG ANTI VOC

 Silat Syahbandar di Indonesia dikenal dengan banyak sebutan, diantaranya “Gerak Sabandar, Gerak Panca Tunggak, Jurus Lima “. Silat Syahbandar saat ini menjadi dasar atau aliran dari berbagai Perguruan Pencak Silat di Indonesia.
Silat Syahbandar berawal dari seorang Pendekar Silat Pagaruyung, yaitu Mohammad Kosim Amak Syahbandar (Ama Syahbandar, atau dikenal dengan Eyang Syahbandar) yang di lahirkan pada tahun 1766 di Pagaruyung (Minangkabau) atau Kabupaten Tanah Datar saat ini.
Dalam silat Minang terdapat aliran silat tenaga dalam atau yang disebut dengan istilah tenaga batin, atau dikenal dengan nama Ilmu Gayung. Ilmu Gayung ada dua jenis yaitu Gayung Lahir (gayung basambuik/ bersambut) dan Gayung Batin (gayung tak bersambut).
Ama Syahbandar memulai petualangannya ke Tanah Jawa yang pada awalnya singgah dan menetap untuk sementara waktu di sebuah pelabuhan di Batavia. Kemungkinan pelabuhan tersebut, yang kini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Priok. Di tempat ini, Ama Syahbandar terlibat pertikaian dengan seorang pejabat VOC yang bertugas mengawasi daerah pelabuhan dan sekitarnya.
Berkat ilmu silat yang dikuasainya, Ama Syahbandar dapat menghabisi si pejabat VOC hanya dalam satu kali gerakan. Hal ini tentu saja mengundang kemarahan Belanda. Dan, Ama Syahbandar pun akhirnya menjadi sasaran penangkapan Belanda.
Akibat peristiwa itu, Ama Syahbandar menjadi tokoh yang ditakuti dan disegani oleh penduduk sekitar. Karena pengaruhnya yang besar, Ama Syahbandar akhirnya berhasil menguasai kawasan pelabuhan, dan berhak menyandang gelar Syahbandar.
Dari Batavia, Ama Syahbandar melanjutkan perjalanannya ke daerah Cianjur. Di tempat ini kemudian mengajarkan ilmu bela diri kepada masyarakat setempat. Banyak di antara penduduk Cianjur, terutama kaum muda, yang menjadi pengikut setia ajaran Syahbandar. Maka tak heran, setelah wafatnya Ama Syahbandar, di daerah Cianjur terdapat beberapa petilasan sebagai bentuk penghormatan dari para pengikut setia ajarannya.
Dari Cianjur, Ama Syahbandar sempat bermukim di Sindangkasih. Kemudian pindah ke Wanayasa. Menurut sumber-sumber di Wanayasa, hal ini karena mengikuti ajakan sahabatnya yang juga dikenal sebagai ahli silat, yakni Raden Jibja. Bahkan akhirnya Ama Syahbandar menikah dengan adik Raden Jibja, yakni Nyi Raden Kendan (Eyang Bubu).
Tidak diketahui, kapan persisnya tokoh Syahbandar ini mulai menjejakkan kakinya di Wanayasa. Namun yang pasti, di daerah ini pun banyak penduduk yang berguru kepada Ama Syahbandar.
Ajaran silat Syahbandar tidak hanya terdapat di Wanayasa atau daerah Cianjur, melainkan menyebar dan berkembang ke daerah lain di Jawa Barat. Beberapa hal yang menjadi ciri khas ajaran Syahbandar ini di antaranya adalah adanya Persilatan Jurus Lima alias gaya Syahbandar. Jurus ini dikenal dengan beberapa nama, antara lain: Lengkah Opat (Langkah Empat), Leumpang Lima (Jalan Lima), Gerak Opat Kalima Pancer, Gerak Asror, Gerak Panca Tunggal, dan lain-lain.
Meski terkesan sederhana, gaya silat Syahbandar ini terbilang cukup unik. Dikatakan unik karena selain relatif mudah untuk dipelajari, jurus Syahbandar ini ternyata mampu menjaga orisinalitasnya dari pengaruh-pengaruh aliran silat yang lain, terutama di Wanayasa. Keunikan tersebut, menurut para pengikut ajaran Syahbandar di Wanayasa biasa, disebut dengan istilah Ulin Wanayasa. Tentu saja, Ulin Wanayasa ini sulit ditemukan di daerah lain, karena diciptakan Ama Syahbandar ketika dia sudah bermukim di Wanayasa.
Di Wanayasa, Ama Syahbandar mempunyai banyak murid, di antaranya Ama Wekling. Disebut Ama Wekling, karena jabatannya saat itu adalah mantri guru, yang disebut 'wekling' dalam bahasa Belanda. Namanya, menurut salah seorang keturunannya dari Sagalaherang, adalah Raden Subrata.
Ama Syahbandar meninggal dunia di Wanayasa dalam usia 114 tahun, yakni pada tahun 1880. Jasadnya dimakamkan berdampingan dengan istrinya Eyang Bubu.
Makam Syahbandar berada di kompleks pemakaman umum di sebelah barat daya pasar domba Desa Wanayasa, Berbeda dengan makam-makam tokoh sejarah lainnya, makam Ama Syahbandar sudah ditembok dan di keramik bagian pinggirnya. Selain itu tak jarang lokasi ini menjadi tempat ziarah terutama mereka yang kini masih melestarikan seni bela diri pencak silat.


Sumber:
- https://daerah.sindonews.com/artikel/jabar/5037/eyang-syahbandar-pendekar-asal-pagaruyung-yang-disegani-di-tatar-pasundan?
- https://www.indosport.com/multisport/20150712/5-aliran-pencak-silat-di-indonesia-jilid-i/silat-minang-syahbandar

TUGU GUGUAK MALINTANG

Tugu ini pernah berdiri di Guguak Malintang, Padang Panjang. Peristiwa: Di penghujung Februari 1841 para pejuang masyarakat Minangkabau meny...